Sirkus Barock merilis album lagi
Album terbaru Sirkus Barock “Menjadi Matahari” sebagian besar berisi lagu yang belum pernah direkam, yang merupakan cikal bakal lagu-lagu Sirkus Barock di album-album sebelumnya. Bentuk dan gayanya, instrumentasi serta pola backing vocal-nya bebas dan terkesan seenaknya sendiri. Dari sinilah Sirkus Barock bermula lalu berkembang, mengembangkan dirinya jauh lebih bebas lagi.
Rancangan awal formasi instrument-nya adalah format akustik, tapi Cak Jabo menekankan pada kami dengan kalimat “akustik tapi berat” tentu saja akan berbeda presepsi di tiap kepala kami. Tidak ada penjelasan tambahan yang bisa membuat kami lebih paham dalam menggambarkannya, tapi ini justru membuat kami dapat menerjemahkannya secara alami bahkan bermacam-macam yang akhirnya menjadi warna khusus album ini. Kami memiliki lagu favorit masing-masing dan tentu saja akan menjadi soundtrack hidup kami juga, hahahahahahaaa. Saya sangat menyukai lagu “Camar” yang berdurasi paling panjang di album ini.
Dalam penggarapan musiknya, Cak Jabo memberikan ruang yang cukup luas untuk kami sebagai musisi/instrumentalis dalam mengaransemen lagu-lagu yang notabene ditulis oleh Cak Jabo semuanya. Dengan “kebebasan” ini tentunya sangat dimungkinkan untuk menuangkan gaya bermusik yang “personalize” sekalipun tanpa melebih-lebihkan makna dan maunya lagu itu.
Saya sendiri merasakan proses rekaman album ini lebih rilek dan lebih bisa menikmati. Pasalnya ini adalah proses rekaman yang kesekian kalinya bersama kawan-kawan Sirkus Barock, jadi saya bisa memilih strategi yang lebih efisien, diambil dari pelajaran-pelajaran yang didapat saat rekaman beberapa album sebelumnya yang relative lebih tegang dan memakan waktu lebih lama.
Saat rekaman di studio ataupun di sela-selanya, kami bertujuh seolah menjadi “mesin-hidup” yang dilengkapi dengan sensor serba otomatis, mulai dari pembagian tugas sampai dengan timing-nya kapan harus melakukan ini dan itu dan siapa yang harus melakukannya. Tentu saja ini juga terjadi karena proses-proses latihan dan rekaman di album sebelumnya. Selain bertanggung jawab sebagai instrumentalis dan vokal latar, saya juga mengambil kesempatan untuk mendukung di bidang asistensi dan pencatatan, ini juga tidak ada order dari siapapun.
Asistensi dan pencatatan dibutuhkan sebagai pendukung operator rekaman saat harus mengawal proses rekaman sampai dengan mixing. Salah satu bentuk catatan yang dibuat berbentuk barsheet/correcting note, catatan ini berisi lirik lagu yang dilengkapi catatan birama/bar yang memudahkan dan mempercepat operator untuk menemukan titik awal rekaman yang bersifat menambal rekaman yang ada kesalahannya di tengah-tengah atau bagian tertentu lagu. Barsheet juga menampilkan berapa jumlah bar dalam tiap fase lagu, mulai dari intro, bait, jembatan lagu/bridge, interlude, coda dan lain-lain, sehingga semua yang terlibat bisa secara detail mengetahui berapa bar motif-motif melodi dan iringan yang harus dikembangkan. Selain menghasilkan nafas melodi dan irama yang hidup dan berkesinambungan, kami juga mendapatkan selisih kecepatan proses rekaman yang bisa kami selesaikan dalam waktu kurang dari dua minggu untuk rekaman instrumentnya saja.
Dari sepuluh lagu yang kami kerjakan, ada lima diantaranya yang kami rekam dengan percobaan rekayasa metronome. Jika sebelumnya kami menentukan nilai tempo yang konstan dalam satu lagu penuh, kali ini tidak. Kami memanfaatkan fasilitas tempo track yang ada di perangkat lunak rekaman produk dari Steinberg, Nuendo 5. Tempo direkayasa dan dibuat berbeda di tiap bagian lagunya, di bagian bait dan bagian reffrain memiliki satuan BPM (beat per minute) yang berbeda, semakin cepat namun tidak terasa, ini ternyata membuat lagu yang direkam terkesan lebih manusiawi dan tidak membosankan, bahkan ini terjadi di lagu Camar yang berdurasi paling lama dan tidak ada dinamika tempo yang kontras di dalamnya. Jadi seperti saat main live saja, mungkin ini boleh disebut menyiasati metronome atau boleh juga memanusiakan si klik.
Untuk kesekian kalinya kami bertujuh memenuhi kewajaran peran kami sebagai musisi baik secara individu maupun group, karena saat ini kami merasa harus melakukan apa yang kami yakini dan meyakini apa yang kami lakukan. Sampai jumpa tanggal 12 April 2018 di taman Budaya Yogyakarta. (BMA)